Rabu, 15 Juni 2011

Bangkit Untuk Impian

Pada saat naik tahta menggantikan ayahnya, usianya masih 12 tahun. Usia yang terbilang masih remaja atau malah kanak-kanak untuk ukuran seorang manusia yang mengemban suatu amanah yang maha berat, bayangkan ia harus memerintah suatu kesultanan(Penulis masih bingung dengan konsep khilafah sehingga penulis menganggap Turki Utsmani sama dengan kerajaan-kerajaan lainnya yang mewariskan tahtah berdasarkan garis keturunan. Selain itu dari beberapa literature yang pernah dibaca oleh penulis, penulis lebih sering menjumpai para pemimpin Turki Utsmani menggunakan gelar sultan dari pada khilafah) yang luasnya hampir duapertiga dunia. Hal ini menyebabkan keraguan di dalam maupun luar kesultanan. Para pemimpin Nasrani di Eropa sangat bersyukur karena dengan sultan yang masih anak-anak ini tentunya tidak ada ancaman dari kesultanan Turki Ustmani. Di dalam negeri para Wazir, Ulama sampai para rakyat pun sangat mengkhawatirkan kondisi kesultanan Turki Ustmani yang diperintah oleh seorang anak kecil.  Akan tetapi berbekal ilmu dan kedisiplinan tingkat tinggi dari sang guru Ahmad Gurani serta harapan kecil dari sang ayah Sultan Murad, sang Sultan kecil naik tahta dengan percaya diri dan tidak menggubris segala cemooh dari kebanyakan orang.
Melihat ada kesempatan emas di depan mata, para pemimpin Nasrani melanggar perjanjian genjatan senjata dan mulai menyerang kekuasaan Turki Ustmani. Pasukan Salib mulai bergerak, sehingga terjadilah peperangan di kota Varna. Disisi lain kondisi dalam negeri yang mulai kacau akibat masuknya sekte Syiah, pemberontakan yang terjadi di berbagai kota dan diperparah oleh pemberontakan yang dilakukan oleh pasukan Janisari(Pasukan Janisari ialah pasukan khusus/elit Kesultanan Turki Utsmani yang sebagian besar direkruk dari nak-anak beragama Nasrani yang kemudian di-Islamkan. Terkait pemberontakan Pasukan Janisari dikarenakan hasutan oleh sang Wazir yakni Halil Pasha yang melihat kelemahan yang ada pada diri Sultan) sudah cukup menjadi alas an bagi sultan Murad untuk mengambil alih kekuasaan dari tanggan sang anak dan mengasingkannya ke kota Manisa.
Kekalahan perang di Varna, pemberontakan-pemberontakan di dalam negeri, dan kemudian di asingkan dari pusat pemerintahan membuatnya sangat terpukul. Beruntung dia mempunyai guru sehebat Ahmad Gurani dan penasehat yang cerdas sekelas Shibabettin Pasha serta Zaganos Pasha. Sang Sultan Kecil perlahan namun pasti bangkit dari keterpurukannya, dengan dibantu oelh sang guru dan para penasehatnya, waktu Sembilan tahun tidak dibuang percuma olehnya melainkan digunakan untuk mengevaluasi diri dan belajar dan terus belajar. Sang Sultan kecil belajar banyak hal, mulai dari politik, adsminitrasi pemerintahan, geografi hingga sejarah dan biografi para kaisar-kaisar besar seperti Alexander Agung. Pada waktu inilah ia menenukan sebuah mimpi mengenai jatuhnya kerajaan Heraclius yakni penguasa konstatinopel pada masa Rosulullah SAW,   di sebutkan di dalamnya bahwa sebaik-baiknya pemimpin ialah pemimpin dari para pasukan yang merebut kota konstatinopel. Ia semakin bersemangat dalam belajar dan berharap ia yang berhasil mewujudkan mimpi Rosulullah tersebut. Semua pelajaran ia serap dengan begitu baik dan penuh kedisipilnan di bawah arahan sang guru. Ia yakin semua ilmu yang dipelajarinya akan bermanfaat suatu hari nanti, saat ia diberi kesempatan kedua untuk memimpin kembali Turki Utsmani sepeninggal ayahnya.
Pada tanggal 5 Februari 1451, ayahnya Sultan Murad meninggal. Secara otomatis ia naik tahta kembali sebagai Sultan Turki Ustmani. Setelah tujuh tahun menunggu dalam ketidak jelasan mengenai posisinya dan dalam bayang-bayang kegagalan sebelumnya, akhirnya kesempatan kedua tersebut datang juga pada hari itu. Ia bukan lagi si bocah berumur dua belas tahun yang tidak tahu harus berbuat apa, sekarang ia telah menjadi remaja berumur Sembilan belas tahun yang sudah dewasa melampaui umurnya pada saat itu. Memanfaatkan kesempatan kedua dan tidak ingin gagal untuk yang kedua kalinya, ia bergerak dengan cepat, pasti namun terarah untuk segera mewujudkan mimpinya tersebut, mimpi Rosulullah dan mimpi seluruh umat Islam. Dengan kedisiplinan tingkat tinggi ia rombak struktur birokrasi, ia bangun kekuatan perang paling dasyat dan menakutkan pada saat itu. Ia adaptasi ilmu perkapalan dan pembuatan meriam dari orang-orang Nasrani di Eropa sehingga nantinya ia memiliki armada laut dan arteleri darat paling besar pada zamannya. Ia lakukan beberapa inovasi setelah melakukan evaluasi beberapa penyerangan bangsa Arab sebelumnya yang selalu gagal terhadap Konstatinopel dan dengan inovasi inilah nantinya ia berhasil menaklukan kota tersebut. Dengan manajemen yang hebat ia dapat memaksimalkan sumber daya manusia dan sumber daya alam yang dimiliki oleh Turki Ustmani, sampai-sampai para sejarahwan Eropa memuji manajemen dari sang sultan yang begitu rapi tersebut. 
Pada akhirnya setelah persiapan yang memakan waktu hampir dua tahun, pada awal bulan Maret semua pasukan baik darat maupun laut diberangkatkan dengan tujuan satu merebut Konstantinopel. Dentuman meriam pertama tanggal 6 April 1453 menandakan dimulainya usaha untuk mewujudakan mimpi tersebut. Ia sedari awal sadar untuk mewujudkan mimpi tersebut tidak semudah membalikan telapak tangan, karena sebelumnya ia sudah  mempelajari kegaalan-kegagalan penyerangan sebelumnya yang terbentur oleh kokohnya benteng Konstantinopel. Setelah mengerahkan mesin perang yang begitu dasyat selama hampir dua bulan, pada akhirnya tepat pukul 06.00 waktu setempat tanggal 29 Mei 1453, Konstantinopel dapat ia kuasai sepenuhnya.
Tanggal 29 Mei 1453 menjadi hari istimewa bagi seluruh umat Islam pada saat itu terutama bagi sang sultan karena ia berhasil mewujudkan mimpi Rosulullah SAW. Tepat saat umurnya 21 tahun lebih 2 bulan, ia berhasil mewujudkan mimpi tujuh abad umat Islam setelah usaha pertama yang dilakukan oleh Bani Ummayah pada tahun 669 M. sultan yang kemudian kita kenal dengan nama Muhammad al Fatih tersebut berhasil bangkit dari keterpurukannya untuk dapat meraih sebuah impian, tidak saja imipian dari dirinya melainkan impian dari Rosulullah SAW dan bahkan seluruh umat Islam. Sultan Muhammad II berhasil memanfaatkan kesempatan kedua yang datang menghampirinya sehingga ia berubah dari seorang pesakitan menjadi pahlawan Umat Islam yang gemilang.
Sebagai seorang manusia yang tentunya pernah mengalami fase kegagalan dan kesuksesan di dalam hidup kita, sudah sewajarnya kita bisa belajar dari perjalanan hidup Muhammad al Fatih, yang ternyata juga pernah mengalami kegagalan di awal karirnya sebagai Sultan. Seperti ia yang tidak larut dalam meratapi kegagalannya dan terus berusaha dengan banyak-banyak belajar, kita juga harus seperti bliau yang yakin bahwa akan selalu ada kesempatan kedua, ketiga aatau keempat dan seterusnya, kita harus bisa memanfaatkan kesempatan yang dating kemudian dengan catatan kita sudah mengevaluasi kegagalan kita sebelumnya agar tidak terperosok pada jurang yang sama.
Sekarang semuanya pilihan ada pada diri kita, apakah akan menghabiskan sisa umur kita dengan meratapi sebuah kegagalah ataukah bangkit dengan berusaha untuk meraih kegemilangan sebuah impian. Seperti seorang bayi yang baru belajar jalan yang mengalami proses jatuh bangun, kehidupan kita juga demikian, kita tidak akan langsung memperoleh kesuksesan, di dalamnya pasti aka nada proses jatuh bangun. Pilihannya apakan kita akan menyerah hanya karena tersandung oleh sebuah kerikil, atau kita tetap fight dengan menyingkirkan kerikil2 yang ada.
Rabu, 15 Juni 2011
Varna-Manisa-Edirne-Konstantinopel-Rantau Jaya