Selasa, 26 November 2013

MAJAPAHIT-LAH YANG MENYERANG ISLAM (PASAI)*

Meskipun sudah hidup di zaman yang baru dan penyelidikan  sejarah sudah lebih luas daripada dahulu, masih banyak juga orang yang berusaha memutarbalikkan sejarah. Salah satunya ialah mereka menyampaikan bahwa keruntuhan Majapahit disebabkan oleh serangan Islam. Tentu saja hal tersebut hanyalah berupa teori yang tanpa dasar atau fakta yang jelas, malahan bila kita melakukan penelitian yang lebih mendalam fakta sebenarnya menunjukan hal sebaliknya yakni Majapahitlah yang menyerang Islam dalam hal ini kerajaan Pasai.
Majapahit merupakan salah satu kerajaan terbesar di Nusantara terutama pada masa Patih Gajah Mada. Gajah Mada ialah seorang yang ambisius dan mempunyai cita-cita yang tinggi ingin mempersatukan seluruh Nusantara dengan Sumpah Palapanya. Gajah Mada merealisasikan sumpahnya tersebut dengan memimpin secara langsung hampir seluruh ekspansi dan penyerangan, sehingga hamper semua kepulauan yang ada di Nusantara bahkan sampai ke Semenanjung Melayu dan mendekati Siam berhasil ditaklukan. Tetapi Kerajaan Pajajaran, sebuah Kerajaan di Jawa Barat tidak mau tunduk dan melakukan perlawanan sehingga sampai Majapahit mengalami keruntuhan, Pajajaran belum berhasil ditaklukan.
Dalam kitab Negarakertagama disebutkan negeri-negeri yang berhasil ditaklukan oleh Majapahit. Sebuah kerajaan Hindu di Singapura yang merupakan kelanjutan dari Sriwijaya, Semenanjung Malaya hingga Kelantan dan Terenggano, serta Pasai yang merupakan Kerajaan Islam pertama di Sumatera dapat dikalahkan. Menurut penelitian, batu prasasti Terenggano, yang sekarang tersimpan di museum Kuala Lumpur menyatakan bahwa sebuah pemerintahan/kerajaan yang menjalankan hukum Islam telah berdiri di Trenggano pada abad keempat belas sedangkan Pasai telah berdiri pada abad kedua belas. Kedua Kerajaan Islam yang tua itu hancur lebur dihantam oleh ekspansi Majapahit pada tahun 1360, sedangkan Gajah Mada mati menceburkan diri ke dalam laut pada tahun 1364. Jadi Majapahitlah yang menyerang kedua Kerajaan Islam tersebut dengan mengerahkan pasukannya.
 Setelah penyerangan tersebut, Pasai tidak pernah bangkit lagi menjadi suatu kerajaan. Kota pelabuhan tersebut menjadi sepi karena kondisi yang hancur lebur setelah penyerangan Majapahit, walaupun demikian, hal tersebut tidak menyurutkan semangat para Ulama di Pasai. Meskipun tidak lagi menjadi pusat pemerintahan dan politik, para ulama menjadikan Pasai sebagai pusat penyiaran agama Islam. Dalam sejarah Melayu, Tun Sri Lanang menulis, setelah berdirinya Malaka, para ulama di Malaka selalu belajar mengenai fikih atau hukum Islam ke Pasai, sedangkan apabila para Ulama Pasai berkunjung ke Malaka, mereka selalu di sambut oleh Sultan Malaka dengan segala kebesarannya. Hal tersebut menunjukan peran penting Pasai sebagai pusat Islam walaupun sudah hancur akibat serangan dari Majapahit.
Apabila Pasai diserang dan ditaklukan dengan kekerasan senjata, maka para Ulama pun berniat untuk menaklukan Majapahit, bukan dengan kekerasan senjata melainkan dengan keteguhan cita dan ideologi Islam. Maka, berangkatlah para Ulama tersebut ke Jawa terutama di Gresik. Mereka menyebarkan Islam sambil berdagang atau sebaliknya yakni berdagang sambil menyebarkan Islam.
Kita tentu mengenal nama-nama besar seperti Maulana Malik Ibrahim dan Maulana Ibrahim Asmoro (Jumadil Kubra) yang merupakan Bapak dari Maulana Ishak dan kakek dari Sunan Giri (Raden Paku), dan Makhdum Ibrahim (Sunan Ampel). Dengan sabar dan penuh kasih saying mereka meyebarkan agama Islam, sehingga Giri kemudian menjadi pusat studi agama Islam tidak hanya di Jawa tetapi hingga ke Maluku.
Islam kemudian menjadi besar di Jawa terutama Jawa timur karena metode dakwah yang baik dari para Ulama dari Pasai, sehinnga pada akhirnya Sunan Bonang (Raden Rahmat) dapat mengambil Raden Patah, putera Raja Majapahit (Brawijaya) yang kemudian dikawinkan dengan cucunya, dan pada akhirnya dijadikan Raja Islam yang pertama di Demak. Metode dakwah para Ulama tersebut tidak dapat ditentang oleh raja-raja Majapahit, bahkan karena pengaruh mereka yang semakin besar, sebagian dari para Ulama diakui keberadaannya dan diangkat menjadi penasehat di dalam kerajaan Majapahi.
Lebih dari 70 tahun Islam telah ada di Jawa Timur sebelum Majapahit jatuh pada tahun 1478. Bukanlah karena kekerasan senjata dan serangan dari Islam yang mengakibatkan Majapahit jatuh. Keruntuhan Majapahit lebih disebabkan oleh sudah tidak ada lagi sosok besar seperti Gajah Mada dan Hayam Wuruk di Majapahit. Selain itu, masyarakat juga dapat melihat perbedaan antara Islam dengan Hindu. Dalam Islam selalu dianjurkan agar menjaga kesucian kesucian, mencuci muka sekurang-kurangnya 5 kali sehari dalam wudhu, mencuci hati dari sikap ria dan takabbur, berjamaah ke mesjid, bersusun bershaf tidak ada perbedaan kasta yang berbeda sangat jauh dengan ajaran agama Hindu.
Maka upaya untuk memutar balikan fakta sejarah, dengan  mengatakan Majapahit runtuh karena diserang Islam, adalah satu kesalahan yang disengaja terhadap sejarah. Inilah tipu daya yang ditanamkan oleh Prof. Snouck Hourgroroe. Setelah mengetahui bagaimana teguhnya  keislaman di Indonesia, ia memberikan nasehat kepada pemerintah Hindia-Belanda agar ditanamkan rasa chauvinisme yang kuat pada bangsa Indonesia. Upaya ini berhasil dilakukan hingga saat ini.
Rasa kebangsaan dengan warna chauvinisme tidak akan pernah memperteguh rasa kebangsaan yang kita bangun saat ini, bahkan akan memecahkannya.  Marilah kita jadikan semua peristiwa tersebut sebagai kekayaan sejarah kita, dan jangan dicoba untuk diputar balikan, agar kokohlah kesatuan bangsa Indonesia, di bawah sang saka Merah Putih.
Bila orang Jawa membusungkan dada sambil menyebut nama Gajah Mada, maka orang di Palembang (Sriwijaya) akan berkata bahwa yang mendirikan Candi Borobudur ialah seorang Raja Budha dari Sumatera yang pernah menduduki pulau Jawa. Jika orang Jawa membanggakan Majapahit, maka orang Melayu akan membuka cerita lamanya yang menyatakan bahwa Hang Tuah pernah mengamuk dalam kraton Majapahit dan tidak ada seorang pun kesatria Jawa yang berani menangkapnya.
Sebelum masuknya Islam Memang kita bermusuhan, saling menyimpan dendam dan bercerai-berai. Islam kemudian yang menyatukan kita, sehingga dengan memakai Islam, dengan sendirinya kebangsaan dan kesatuan Indonesia terjamin. Tetapi, apabila kita hanya mengemukakan kebangsaan saja tanpa Islam, maka kita akan mengorek luka lama dan hal tersebutlah sumber dari perpecahan.



*judul asli Islam dan Majapahit, lihat Hamka (1982). Dari Perbendaharaan Lama. Jakarta: Pustaka Panjimas

Minggu, 24 November 2013

TUGAS PORTOFOLIO SEJARAH X MP, MO, MI

Buatlah Kliping mengenai peninggalan candi-candi pada masa Sanjaya maupun Syailendra dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Untuk absen ganjil, candi yang beragama Hindu sedangkan yang absen genap candi yang beragama Budha
2. Kliping terdiri dari pendahuluan, isi dan penutup
3. Sumber bisa didapatkan dari media online
4. Minimal 5 buah sumber media on line
5. Kliping dalam bentuk soft copy dalam file Microsoft word, atau open office
6. Kliping dikirimkan ke alamat email wijayadia@yahoo.co.id paling lambat tanggal 16 Desember 2013

note: bila tidak mengumpulkan atau mengumpulkan lebih dari tanggal cap pos di atas, bisa dipastikan nilai keterampilan dalam raport kosong sehingga perlu remidiasi, sedangkan tugas remidiasinya adalah menyanyi 5 judul lagu di hadapan dewan guru.